Kamis, 25 November 2010

Tikus Tikus

TIKUS TIKUS

Dunia keropos digerogoti
Setiap jengkal tak terkecuali
Agama terlupa dunia kejaran harta
Sebagaian kecil yang tersisa
Sarang sarang maya merambah setiap tahta
Rakyat hanya terasa setelah lama
terlena menggerogoti diri sendiri
Dunia memang penuh dengan tikus
Hanya sebagian kecil manusia

Penjara bukanlah tempat tikus
Sebab tak ada tikus masuk penjara
Tikus kan sirna bila mampus
Tikus kan jera masuk neraka

                                                                        Karangpawitan, 27 Juli 2010
                                      Penulis

                                         Drs. Ojat Rojat,M.Pd

Cerpen

Cerpen
Anak Seribu Jaman   
                                                                       
Pagi menganga terusik raja siang, tubuh kurus menggeliat dari lelap tidurnya. Sepertinya kecapean sehingga susah untuk bangun. Sinar surya menerobos kaca jendela dari sela-sela gordeng yang tidak tertutup rapat, seprai kusut dan bantal guling tidak karuan bak terseret sunami aceh.
“ Bangun kau !” Bentak seorang perempuan kesal. “ Lihat tuh orang lain dah pada berangkat. “  Ketusnya.
 “ emmm…..ah .” Tubuh kurus menggeliat tapi tidak bangun.
“ Eh.. dasar pemalas.., cepet bangun atau kusiuram satu ember kau?” Bentak seorang perempuan.
 “ Diam luh  ku masih ngantuk.” Tempasnya.
Dengan kesal perempuan meninggalkan kamar sambil menggurutu “ Harus diapakan itu orang, disuruh bangun malah tidur lagi.” Gerutunya.
Jarum jam telah menunjuk pukul 7.00 di luar rumah di jalan sudah terlihat lalu-lalang orang, nampaknya kehidupan sudah dimulai.Seorang perempuan dari arah dapur setengah tergesa-gesa menuju kamar tempat tubuh kurus. Saat dibuka pintu, tubuh kurus sedang duduk dipinggir tempat tidur seperti kelelahan.
“ Cepat mandi !, tuh orang lain sudah pada berangkat, bukan kah kau selalu terlambat ke sekolah ? “ Kata seorang perempuan dengan kesal.
“ Iya-iya akau mau mandi cerewet .” tempas tubuh kurus
“ Lihat tuh jam 7.30 bukan kah kau seharusnya sudah ada di kelas? “ bentak ibu
“ Iya-iya sekarang juga mau berangkat mana ongkosnya?” Tanyanya.
“ ongkos-ongkos minta tuh sama bapakmu, yang tak pernah pulang-pulang.”  Kata ibunya sewot.
“ terus kemana aku harus minta, kan bapaknya nya juga ngak ada?” sambil mengasongkan uang recehan ibunya berkata.
“ Sisakan buat besok, tak punya lagi.”
 “ loh ini mana cukup, ini buat ongkos saja hanya satu jalan”. Sambil berharaf dapat tambahan uang.
“ Sini kalau ngak mau, biar kupakai beli tahu tempe”. Pintas ibunya.
“lho mamah, bukannya ditambah malah mau diambil lagi”.
 “ Cepat berangkat kamu sudah terlambat!”. Tegas ibunya. Tubuh kurus pun tak berkomentar lagi ia bergegas pergi sambil memnggerutu
“ Dasar mamah pelit”.
            Perjalanan ke sekolah memang cukup jauh akan memakan waktu cukup lama, dalam kendaraan sesekali Tubuh kurus melihat keluar tampak pepohonan, rumah, trotoar seolah bergerak kebelakang.
 “ Manis-manis “. Teriak kernet dari pintu kendaraan dengan tubuh bergelantung seakan tak takut jatuh.
“ depan stop”. Pinta penumpang pada kernet. Kemudian kendaraan pun berhenti pelan-pelan sambil di belokan ke pinggir
 “ Makin telat aja nih”. Gerutu Tubuh Kurus dari bibirnya namun nyaris tak terdengar orang lain. Saat penumpang turun terlihat dari kaca jendela mobil sepasang remaja seusianya melintas berboncengan.
“ Betapa senang dan bahagianya aku jika memiliki Yufiter MX  seperti mereka berangkat sekolah berboncengan, pulang dan pergi sesekali mampir di tempat tempat sesuai keinginan hatiku”. Dalam hatinya Tubuh kecil membayangkan memiliki sepeda motor. Tubuh Kurus duduk di bangku sudut kendaraan dengan  rambut semeraut ala selebriti kemeja putih tak beratribut celana abu dengan potongan mirip pencil yang ngepas dengan kakinya, sepatu putih kumal tak berkoskaki di saku kemeja menengteng sebuah bulfoin dan satu buku catatan dilipat dikantong belakang celananya. Sesekali ia menenteng Hand Phon ditekan-tekan tombolnya sepertinya mau membaca isi pesannya. Betapa terperanjatnya ia ketika membaca isi pesannya  Di sekolah ada polisi kamu ditunggu sekarang cepat. Begitu isi pesan yang ia terima. Ternyata sms langsung merubah  mukanya dengan ketegangan yang penuh kegeliasahan. Tak lama HPnya berdering lagi lalu dianggkatnya
“ Hallo ada apa Ron?” Tanyanya gugup
 “ Ini dari kepolisian, menunggu kamu cepat !” Begitu  kabar yang ia terima. Semakin tidak  karuan perasaanya sesekali ia melihat ke jendela mobil sesekali ia melihat kesekitar penumpang. Beberapa penumpang melihat dengan keheranan melihat sosok tubuh kurus berpakaian putih abu duduk dengan asalh tingkah dan  kegelisah seperti seekor kancil mau diterkam harimau.
“ De sekolah di mana?” tanya seorang tubuh tegap dengan penuh penasaran. Lalu Tubuh Kurus berpaling ke arah datangnya pertanyaan tadi. Betapa terperanjatnya ia ketika bertatapan muka dengan penanya tadi ternyata ia seorang polisi, ia pun tak langsung menjawab malah terbengong dengan mulut menganga.
“ Ade sekolah di mana? Saya mauk ke SMA Citra Pusaka apa ade tahu?” tanya polisi itu
“ iiiyaa… pak”. Jawabnya dengan gugup
“ Ade kenapa seperti ada masalah?, Bisa nanti Ade tunjukan tempatnya?” ternyata pertanyaan  itu semakin memukulnya.
 “ Maaf pak, saya mau turun di depan, sekolah yang bapak tuju kurang lebih 150 m lagi”. Tubuh kurus berkilah dengan gugup. Melihat kejadian seperti itu polisi itu  semakin penasaran.
“ Ada gelagat tidak beres nih anak”. Begitu pikir polisi.
“ Stop pir, depan!”. Tubuh kurus minta berhenti, dengan tergesa-gesa ia turun setelah membayar ongkos setengah berlari ia masuk sebuah gang  kecil. Kendaraan pun melaju kembali setelah bebera saat kendaraan berhenti kembali dan polisi pun turun.
            “ Beng Beng “. Tubuh Kurus memanggil temannya dengan mengetuk-ngetuk pitu rumah. Tak lama kemudian seorang bapak Tua  membukakan pintu.
“ Mau ketemu siapa?” Tanya tua dengan raut muka tak acuh
“ Bebeng ada pak?” tanyanya dengan berharap. Tak lama kemudian temannya menghampiri keluar dari rumah.
 “ Eh Chir, kok bolos, yu masuk !” Ajaknya seperti tak heran lagi. Pak tua pun meninggalkan ke dua anak manusia itu tanpa basa-basi.
            Kopi panas mengepul asapnya dengan wangi aroma yang menggoda pencandunya, puntung rokok berserakan di lantai dimeja dengan beberapa botol dan gelas kosong di meja.
 “ Kenapa malem ngak datang?” Tanya Beng pada Tubuh Kurus yang sedang salah tingkah itu.
“ wah gawat Beng”. Dengan nada cemas meluncur dari mulut Tubuh Kurus.
 “ Apanya yang gawat?” Jawab Beng seperti tak mehiraukan raut wajah Tubuh Kurus yang sedang panik.
 “ itu Beng, si Ron tadi sms dan telepon, katanya aku ditunggu polisi di sekolah ,ini kayanya ada urusan ribet”. Jawabnya dengan penuh kebingungan. Beng pun mengerutkan alisnya sambil memandang Tubuh Kurus dengan heran.
 “ Jangan-jangan ada kaitannya dengan kejadian kemarin Chir”. Dengan jari-jari  tangan di dahi.
 “ Iya gitu Beng, situ sih suruh aku bawa  pisau segala waktu nonton konser”. Tambah Tubuh Kurus seperti menyalahkan. Ke duanya terdiam sejenak perkelahian  kemarin membuka lembaran buruk Tubuh Kurus, berawal dari bolos sekolah demi menghadiri konser musik dari grup papan atas musik terkenal yang berujung perkelahian dengan sesama penonton. Hiruk pikuknya penonton dan hingar bingarnya alunan musik mengarak kegaduhan penikmatnya. Panas terik matahari tak dapat memecah  berdesaknya penonton, bingarnya alunan musik keras seakan membendung desaknya peneonton dari panas dan gerah. Rayuan musik yang menggelora berbaur dengan alcohol dan narkoba yang dikonsumsi para penonton. Alunan musik yang terlempar dari pusat panggung membuat gelombang ombak pada lautan penonton, semakin bergelombang semakin terlena penikmat musik membuat saling bersenggolan yang berujung perkelahian.
            Kegaduhan yang berakhir kericuhan berdampak goresan luka menganga mengena tubuh para penonton, kucuran darah, jeritan sakit, dan rintihan di sana sini terdengar. Keamanan pun turun dari beberapa sudut tempat, melihat kejadian seperti itu Tubuh Kurus dan kawanya segera lari pontang panting menghindari petugas keamanan yang akan menangkapnya.
            “ Terus Chir, sekarang mau gimana?” Tanya Beng membelah kebisuaan.
“ Ya, aku juga bingung, gimana kalau kita ke rumah saudara ku di luar kota?” Jawabnya balik Tanya.
“ Ya, boleh sebelum kita tercium berada di sni”. Jawab Beng tanpa berpikir panjang. Mereka pun segera membereskan pakaian untuk pergi meninggalkan  rumah. Saat akan pergi pintu rumah ada yang mengetuk. 
“Chir, tolong buka tuh bapak gue pake dikunci segala, sekalian aku mau pamit”. Suruh Beng dengan tenang. Tubuh Kurus pun beranjak dari kursinya memnghampiri pintu yang di ketuk. Pintu pun di buka, Begitu kagetnya Tubuh Kurus saat dibuka pintu di depan matanya telah berdiri 4 orang berseragam preman dan asalah satunya polisi ketika di  mobil waktu berangkat. Tubuh Kurus tak bisa berkutik dan Beng ketika ke 4 orang polisi memborgol ke dua tangannya.


                                                              Karangpawitan,  Juli 2010
                                                              Karya                      : Drs. Ojat Rojat, M.Pd
                                                              Unit Kerja    : SMAN 18 Garut